Tuesday, March 20, 2012

Pemerintah Tidak Pernah Serius

PEMERINTAH harus lebih serius untuk mengembangkan energi baru sebagai alternatif pengganti energi fosil yang mau tak mau nantinya habis. Energi alternatif dan terbarukan sangat bisa dikembangkan, seperti bahan bakar nabati (dari tumbuhan), tetapi Pemerintah belum mau serius turun tangan.

"Harga minyak dunia selalu bergejolak, bahkan melambung tinggi, ini seharusnya membuat Pemerintah cepat-cepat mencari sumber energi alternatif, jangan hanya fokus pada penggunaan energi 'TUA' seperti bensin dan solar," kata anggota Komisi VII DPR, Mardani, kemarin (09/03/2012).

Menurut dia, kebijakan pemerintah masih terlihat setengah hati untuk menggunakan alternatif bahan bakar yang berasal dari energi baru sebagai pengembangan energi di masa depan. "Meskipun sudah ada pencanangan, namun masih sebatas RETORIKA karena belum ada action plan yang jelas."

Ditekankannya, beberapa tahun yang lalu pernah diterapkan BBG untuk taksi dan bus, tapi sekarang terlihat tidak ada sikap yang jelas bagaimana pengembangan selanjutnya. Di lihat dari sisi ini, maka akan bisa dibayangkan, betapa pemerintah sangat tidak serius mengembangkan energi alternatif, seperti minyak nabati (BBN).

"Menurutnya, Indonesia sangat kaya dengan sumber-sumber energi selain minyak bumi. Mardani mencatat beberapa sumber energi baru yang berpotensi untuk dikembangkan seperti energi panas bumi, energi gas alam (LPG, LNG, dan CNG), mikro hidro, energi angin, termasuk energi nuklir dan energi nabati.

Mardani menambahkan, penggunaan bensin dan solar telah terbukti mahal dan polutif. Adanya keterbatasan cadangan minyak bumi juga sangat berpengaruh terhadap fluktuasi harga, yang akibatnya memberatkan APBN.

"Menurut proyeksi pengamat, harga minyak dalam 15 tahun ke depan bisa mencapai 200 dollar AS per barrel, sementara harga energi baru rata-rata hanya 45 dollar AS per barrel. Kalau penggunaan energi baru bisa dipercepat, Indonesia bisa melakukan penghematan APBN yang luar biasa besar, ujarnya.


MENGHABISKAN

Sementara itu, Ketua Umum Partai Gerindra, Prof. Dr. Suhardi mengusulkan agar pemerintah konsisten mencari sumber energi baru dari tanaman dan tidak tergantung pada BBM fosil. Sebab, BBM fosil itu pasti habis, apalagi orientasi pemerintah selama ini hanya mengeksploitasi alam dan menghabiskannya.

"Pemerintah memang tidak pernah mencari solusi alternatif. Padahal, sumber energi itu ada pada ketela, aren, tetes tebu, nyamplung, ubi jalar, sagu, kemiri, dan tanaman lain semuanya ada di bumi Indonesia sebagai energi ethanol. Jadi, kita harus menyuburkan penanaman pohon. Biogas pun bisa kita peroleh dari kotoran ternak sapi, kambing, dan sebagainya," ujar dosen UGM itu.

Ia menyambut baik adanya upaya masyarakat yang mengembangkan energi bioethanol dari singkong untuk mengurangi ketergantungan pada BBM dan gas, "Sebaiknya begiu, apalagi kalau harganya lebih murah. Untuk gas, saya berpendapat tidak untuk memasak di dapur, dilepas saja untuk angkutan umum," katanya.

Menurutnya, penggunaan bioethanol untuk kompor, di dapur tidak usah menunggu regulasi dari pemerintah. Yang penting ada pabrik yang membuat dan bisa memenuhi kebutuhan orang banyak. "Harus produksi terus, jangan sampai nanti masyarakat sudah menggunakan, tiba-tiba pasokan bioethanol itu habis karena pabriknya tidak berproduksi lagi." (winoto/us/o)

Sumber:
POSKOTA, BIOETHANOL, Halaman 10C
Sabtu, 10 Maret 2012
16 Pon Bakda Mulud 1945
17 Rabiul Akhir 1433 H
18 Ji Gwee 2563

Cinderella

 Cinderella adalah kisah seorang putri cantik yang dikurung oleh ibu tirinya agar tidak bertemu dengan orang lain hingga menjadi istri seora...