Pada suatu saat hujan tidak turun-turun. Rumput-rumput di padang menjadi kuning. Pegunungan yang hijau kini tampak berwarna cokelat.
"Ah, di mana aku harus mencari rumput segar? Bagaimana kami bisa mendapat beras kalau tidak ada rumput segar?" gumam Chi Yu sedih setelah sepanjang hari mencari rumput segar.
Pada suatu hari Chi Yu memutuskan untuk mencari di balik pegunungan. Di sana ia menemukan sepetak tanah yang ditumbuhi rumput paling hijau yang pernah ia lihat. Ia segera memotong rumput-rumput tersebut.
Keesokan harinya Chi Yu kembali ke tempat itu. "Hah, rumput yang ku potong kemarin sudah tumbuh lagi?!" serunya terheran-heran. Dengan gembira ia memotong rumput. Demikianlah setiap hari ia mendapatkan rumput segar tumbuh disana.
Pada suatu hari, seperti biasa Chi Yu memotong rumput. Tiba-tiba ia melihat sesuatu yang mengkilap. Sebuah biji indah berwarna keemasan. Ia memungut dan memasukkan biji tesebut ke dalam stoples berasnya.
Sesuatu yang ajaib terjadi di rumahnya. Stoples berasnya yang hampir kosong, sekarang terisi penuh dengan beras. Dan setiap kali Chi Yu mengambil beras dari stoples itu, stoples kembali terisi. Chi Yu tahu penyebabnya. Biji yang ia temukan adalah biji ajaib.
Chi Yu tidak serakah. Ia tahu, kini ia selalu punya persediaan beras berkat biji yang ia temukan. Maka ia membagikan beras miliknya kepada semua orang di desanya. Semua berterima kasih kepada Chi Yu. Namun, Hieun Tse tidak senang. Sapi-sapinya kelaparan karena Chi Yu tidak lagi mencarikan rumput-rumput segar. Selain itu, tidak ada lagi orang yang membeli berasnya.
Setelah mengetahui tentang biji ajaib Chi Yu, Hieun Tse ingin memiliki biji itu. Ia menawarkan kepada Chi Yu rumah dan bahkan sawah dan peternakannya. Namun, Chi Yu menolaknya.
Pada suatu malam, saat bulan belum muncul, diam-diam Hieun Tse masuk ke dalam rumah Chi Yu. Ia hendak mengambil stoples berisi biji ajaib ketika Chi Yu bangun. Cepat-cepat Hieun Tse membuka stoples. Ia mengambil dan kemudian menelan biji ajaib Chi Yu. Setelah itu lari kembali ke rumahnya.
"Mengapa perutku panas?" tanya Hieun Tse. Tidak itu saja. Kini seluruh badannya terasa panas.
"Hah, hah, panas!" serunya kemudian. Ia meminum semua air yang ada di dalam rumahnya.
Setelah itu, ia meminum semua air di desanya. Ia menghabisakan air di kolam-kolam dan danau-danau. Namun, ia masi saja kepanasan.
Hieun Tse mulai menyemburkan api. Api panjang berwarna merah, kuning, dan orange. Keluar dari mulutnya. Ia berlari ke sungai dan menghabiskan air di dalam sungai itu. Namun, ia tetap saja merasa kepanasan. Bahkan, lebih panas dari sebelumnya.
Hieun Tse berubah menjadi sebuah makhluk yang menyemburkan api. Ia pergi meninggalkan desanya, ke tempat yang jauh dan tidak pernah kembali.
Diceritakan kembali oleh Nancy Sitohang.
Cerita Asli: How The Dragon Came to Be, Karangan Meera Joshi.
Sumber:
ORI Aku Bisa, Halaman 24-25
Edisi Khusus
Sumber Gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqeIgcNYhd5QDGJWXzdQdyyiy9BQeRLul602Fj5NNZzmnnA-_s1qVRWpqQ35Qd_uSeXgfG4PeTGIY3GkjSkd9WYcDxkz-yVg_gaj3ImXGuBe9jhp-3pl7Av2M1o2R34ZY9s4wzv5uEYiI-/s1600/Flyin'deDragon.jpg
Artikel atau Gambar-Gambar yang ada dapat dikomentari, tag, dan di download:
ImageGambar
Kalender, Hari Libur, dan Hari Bersejarah
Hari Kasih Sayang
Saat Berinovasi
Film-> Scourge
Film-> Kisah Dua Ular
Film-> Black Holes
Sejarah Imlek
Aneka Kisah Naga di Dunia
Asal Muasal Naga
Komodo Naga yang Tersisa!
Misteri Alien
Akik Gambar Hantu Wewe Gombel
Akik Gambar Hantu Pocong
http://imagegambar.blogspot.com/
http://www.twitter.com/ImageGambar/
