Kita dapat belajar melalui kearifan lokal, pola alam, dan tingkah laku binatang. Hal ini juga sudah tertulis di Alkitab beragama Nasrani, sebagai berikut:
Amsal 30:24-31
Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan:
- Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,
- Pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu,
- Belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur,
- Cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.
Ada tiga binatang yang gagah langkahnya, bahkan, empat hal yang gagah jalannya, yakni:
- Singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apa pun.
- Ayam jantan yang angkuh, atau
- Kambing jantan, dan seorang raja yang berjalan di depan rakyatnya.
Apabila kita telah mendapatkan pencerahan dari ayat-ayat Alkitab ini, maka kita akan mengerti bahwa binatang-binatang itu dapat hidup dengan arif, bijaksana, dan damai. Berikut ini kami mengamati kehidupan disebuah pohon.
Pada hari Minggu, kami pergi ke kota. Kami duduk-duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati bubur ayam dan teh manis hangat ala PKL.
Kami mengamati pohon rindang tersebut, ternyata banyak sekali binatang yang membuat sarang di pohon tersebut. Ada burung besar, burung pipit, kolibri, tawon besar, lebah madu yang kecil, semut, belalang dan sebagainya.
Burung besar terbang meninggalkan sarang dan kembali membawa makanan. Burung-burung pipit yang terbang kesana-kemari sambil berkicau dengan merdu, kolibri yang terbang mudur atau maju dan tawon-tawon besar yang hinggap lalu pergi dan seterusnya.
Binatang-binatang dan serangga tersebut tidak saling memangsa dan membunuh. Burung besar tidak memakan tawon atau lebah dan tidak mengusir burung-burung pipit/kolibri. Begitu juga tawon atau lebah tidak menyerang burung-burung dengan sengatnya. Semut-semut dan belalang tidak merusak sarang mereka. Tidak ada saling memaki, memfitnah, memprovokasi, kriminalisasi, dan konspirasi.
Binatang-binatang tersebut hidup dengan aman, damai, sejahterah dan makmur. Mereka tidak ada ketua RT/RW. Tidak dipimpin oleh seorang kades/lurah atau camat atau walikota. Tidak ada perda yang dibuat oleh Bupati/Gubernur. Mereka tidak menciptakan akidah-akidah. Mereka tidak pungli yang dipungut oleh aparat atau ormas. Tidak ada DPR/MPR yang membuat undang-undang dan mendapatkan uang aspirasi. Tidak ada lembaga eksekutif/legistatif/yudikatif yang menjajah, otoriter, zolim, dan melanggar HAM. Tidak memiliki Presiden yang dinyatakan sebagai titisan satria piningit. Mereka tidak membentuk oposisi atau ormas-ormas untuk melawan atau mengeroyok atau mengintimidasi atau menyantet yang lain.
Binatang-binatang tersebut memiliki kecerdasan alami untuk bertahan hidup, bersosialisasi, tolong-menolong, toleransi yang tinggi, dan pengertian. Padahal mereka tidak memiliki sekolah atau perguruan tinggi. Mereka tidak punya ijazah atau gelar doktor. Mereka tidak memiliki ijin kerja atau BPJS atau BPOM atau MUI atau Menkes. Sedemikian rupa mereka hidup seadanya, tidak mengeluh, beribadah dengan tekun dan bertahan hidup dengan beratapkan langit dan dedaunan.
Mungkin kita berfikir, bahwa manusia dibandingkan dengan binatang, bukan? Dan mungkin kita juga berfikir, bahwa mengapa harus belajar melalui alam dan binatang, bukan? Padahal manusia mempunyai insting, moral, akhlak, roh, jiwa, keahlian, dan otak untuk berfikir. Sedangkan binatang mempunyai insting, makan-minum, dan naluri saja. Kami tidak bisa secara pasti menjawab opini ini, karena setiap kita memiliki persepsi dan wawasan yang berbeda. Intinya bagi manusia haruslah hidup dengan arif, bijaksana, kesederhanaan, toleransi yang tinggi, jiwa kepemimpinan, mengasihi, melayani, pola pikir yang positif dan baik. Masa depan dan kehidupan sukses ada ditangan kita semua, apabila INPUT-nya baik, maka OUTPUT-nya baik pula (Garbage in Garbage out).
DAMAI ITU INDAH. Semut yang lemah menjadi sangat kuat, ketika mereka bersatu untuk mengumpulkan makanan. Mereka mengerti, bahwa dengan bersatu akan tersedia makanan yang cukup dan dapat menciptakan kedamaian. Pelanduk memiliki sarang yang indah dan kuat di bukit-bukit batu, karena mereka ingin bertahan hidup dan hidup dengan damai di tempat demikian. Belalang yang jumlahnya banyak terbang berbaris tanpa diatur oleh seorang raja untuk mencari tempat yang damai nan indah. Cicak pun ingin mendapatkan kedamaian dan cukup makanan untuk bertahan hidup.
Semua makhluk hidup yang bernafas dan memuji Tuhan, pastilah menginginkan DAMAI ITU INDAH, rahmat dan berkah-NYA agar dapat bertahan hidup, beribadah, dan hidup suci. Milikilah kedamaian itu yang dimulai dari diri kita sendiri, keluarga, lingkungan, bangsa dan negara. Percayalah kepada Tuhan dan DAMAI ITU INDAH.
Artikel Lainnya:
Jual Rumah di CawangJual Tanah di Curug Sukabumi
Jual Rumah Murah, Full Renovasi, SHM
Pohon Kurma Dubai Bonsai
Damai Itu Indah
Manfaat dari sari apel
Manfaat Dedaunan di Sekitar Lingkungan Perumahan
Manfaat Puasa Bagi Kesehatan
Muzzaki
Hari Kasih Sayang
10 Macam Sumpah
Daftar Tarif Pengiriman Tiki
Pertanyaan yang sering ditanyakan
Toko Image Gambar
Ke Beranda (Back to home)
PERHATIAN!!!
MOHON KLIK PADA
GAMBAR UNTUK
MEMPERBESARNYA
SEMAXIMAL MUNGKIN