Saturday, May 7, 2011

Hiduplah Sesuai Kemampuan

SEBELAS wanita itu sibuk memborong pakaian dan sepatu yang dijual dengan harga ekstra miring di sebuah mal di Orchard Road. Kerap mereka terbahak menemukan barang berkualitas tinggi dan merek termasyhur, dengan diskon 60 persen. Sejam kemudian, mereka selesai meraup banyak pakaian dan sepatu. Masing-masing menenteng dua kerajang barang belanjaan.

Aryati Susilo (63), anggota rombongan tersebut duduk dengan tenang di pojok mal. Ia tidak bergerak sama sekali untuk memborong barang-barang murah tersebut. Ketika saya dekati, wanita beranak empat ini menuturkan ia tidak mempunyai uang yang cukup untuk berbelanja gaya kaum kaya raya itu. Tetapi, dengan cepat ia menambahkan kalaupun kaya raya, ia tidak akan berbelanja sekalap teman-temannya itu. Ia membeli kalau ia butuh, bukan membeli karena gaya hidup, bukan pula karena faktor gengsi.

Ia bercerita, setiap bulan keempat anaknya masing-masing "menyetor" sejuta rupiah, lalu terkumpul empat juta rupiah. Dalam jumlah ini, ia menabung dua juta rupiah, dan sisanya ia pakai untuk kebutuhan sehari-hari. Uang itu ia "cukup-cukupkan" untuk membayar rekening listrik, air PAm, dana kebersihan dan keamanan perumahan, belanja sehari-hari, uang transpor, ke dokter dan beli obat tekanan darah tinggi, dan sebagainya.

Cukup? Saya bertanya dengan heran. Saya beberapa kali berguman, bagaimana bisa hidup di Jakarta dengan uang dua juta rupiah. Tetapi, sambil tertawa Aryati menyatakan bisa saja. Dan, katanya, ia tidak pernah berutang sepeser pun. "Engkau bisa bertanya kepada semua pemilik warung di sekitar rumah saya, apakah saya punya utang. Oh, dikau tidak akan menemukan," ujar Aryati yang bisa ke Singapura karena menang undian nasabah di sebuah bank swasta nasional.

Ia menuturkan, kunci untuk dapat bertahan hidup seperti ini adalah superhemat, tidak banyak kebutuhan, dan "mematikan rasa" ingin memiliki barang bagus. Ke mana-mana ia cukup naik angkot. Kalau beli sayur, cukup tiga macam dari supaya murah, ia berangkat agak siang. Sayur layu sekidit tak apalah, yang penting bersih, tidak dirubung lalat, dan murah. Ia kemudian berkali-kali menyebut rasa syukur yang besar kepada Yang Maha Pencipta karena ia dan anak-anaknya jarang sakit.

Pernah juga terjadi, situasi benar-benar parah. Anak-anaknya dalam kesulitan sehingga tidak bisa "nyetor" uang pada ibunya selama dua bulan. Aryati mengetatkan ikat pinggang dan menggunakan tabungannya. Supaya "bisa bernafas panjang", pagi, ia praktis hanya minum teh manis. Sainga makan seperti biasa, dan malam hanya makan sebuah pisang atau dua potong buah pepaya. Kalau keadaan lebih parah, ia pasrah. Ia hanya makan siang dan pada malam hari mengisi perutnya dengan teh manis serta setengah mangkuk kolak.
Keesokan harinya begitu lagi sampai tiga minggu lamanya. Ia tidak mengeluh, tidak juga meminta tolong pada tetangga atau saudara-saudaranya. Ia tidak mau berutang, termasuk enggan utang budi. Ia memilih diam dan pasrah pada Allah. Ketika anak-anaknya bangkit, ia bisa hidup "normal" kembali. Makan serderhana, tiga kali sehari.

Gaya manajemen keuangan ketat seperti yang dilakukan Ibu Aryati, sebetulnya tidak istimewa, sebab tentu banyak warga pas-pasan yang melakukannya. Akan tetapi, kisa Ibu Aryati perlu diangkat kepermukaan untuk memberi inspirasi kepada para pihak yang gagal menata keuangan rumah tangganya, juga untuk kaum hedonis yang suka hidup besar pasak daripada tiang. Masih banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa kita hidup berlebihan. Makan bakso cukup dengan Rp 10.000, tetapi kita pilih yang Rp 120.000 per porsi plus pajak. Kemeja cukup dengan Rp 100.000, tetapi kita beli yang enam juta rupiah. Sepatu cukup yang Rp 500.000, tetapi kita beli yang belasan juta rupiah. Atau, hendak beli jaket kulit yang cukup dengan Rp 3 juta, tetapi "memaksa diri" membeli jaket dengan harga Rp 36 juta. Akibatnya, keuangan di rumah suka tekor.


Kalau keuangan defisit, urusannya jadi ke mana-mana. Bisa utang sana utang sini, dengan beban bunga di atas 50 persen per tahun. Bisa juga memaksa diri gesek kartu kredit, dengan bunga amat tinggi. Atau, ke rentenir yang bengis. Kalau sudah begini, situasi pasti runyam. Aset lesap, wajah muram. Pertengkaran di rumah mudah tersulut, ayah atau ibu yang stres bisa mudah naik pitam, dan gampang tersinggung. Yang menjadi korban biasanya anak-anak. Anak yang tidak bersalah sama sekali, bisa dimarahi.

Alangkah indah hidup ini kalau kita jalani dengan baik, tanpa "banyak keinginan", tanpa banyak tuntutan, tanpa keinginan pamer. Betapa nyaman hidup tanpa utang. Tidur nyenyak tanpa beban.

Saya jadi teringat ucapan mantan Wapres Jusuf Kalla. Katanya, kalau ingin hidup tenang, tidak korupsi, tidak mencuri, tidak hidup lebih besar pasak daripada tiang, gamapng masuk tahanan. Jangan banyak kemauan. Kalau kemampuan hanya untuk membeli sepeda motor, jangan paksakan diri membeli mobil. Kita mesti hidup membumi.

NB:
Manajemen Keuangan Yang Baik, antara lain:
1. Berhemat dan membeli yang perlu saja.
2. Merencanakan keuangan hingga 2 tahun sampai 20 tahun ke depan.
3. Menggunakan uang untuk investasi masa depan, bukan untuk berbelanja.
4. Hindari rasa iri, tekan keinginan memiliki, dan berdoa senantiasa.

Sumber:
Kompas, Halaman 38
Lembar Klasika, Inspirasi, Abun Sanda
Rabu, 20 April 2011
16 Pon Jumadil Awal 1944
16 Jumadil Ula 1432 H
http://epaper.kompas.com/

 Belanja Sambil Buka Baju Dapat Voucher Belanja?
Pusat perbelanjaan di Lakeside, Essex, Inggris, memberikan voucher senilai 100 Poundsterling atau sekitar Rp 1,6 juta bagi konsumen wanitanya. Syaratnya, mereka berbelanja hanya mengenakan pakaian dalam.

Seperti diwartakan Newslite, Selasa (12/4), voucher diberikan kepada 100 wanita pertama yang muncul hanya dengan bra, celana, dan sepatu hak tinggi. Setelah mendapatkan voucher belanja, mereka mesti menyusuri dan menyerbu toko-toko di pusat perbelanjaan tersebut untuk mendapatkan barang impian mereka.

"Kami senang melihat semua wanita cantik dengan pakaian dalan dan sepatu tinggi mereka menyusuri pusat perbelanjaan ini. Saya yakin mereka semua memilih baju dari store untuk persiapan musim semi nanti," ungkap Kylie Minor dari Lakeside Shopping Centre.

Sumber:
http://ridwan4you.blogspot.com/2011/04/belanja-sambil-buka-baju-dapat-voucher.html 


Cinderella

 Cinderella adalah kisah seorang putri cantik yang dikurung oleh ibu tirinya agar tidak bertemu dengan orang lain hingga menjadi istri seora...